Selasa, 22 Maret 2016
kisah bermanfaat "AKU MUAK PERGI"
ada seorang bidan tentu banyak pengalaman yang berkaitan provesi saya salah satunya membantu pasien. Seperti biasa , menjelang maghrib tempatnya telah tutup dia bergegas pulang sebelum gelap menghadang. Tapi di tengah perjalanan saya dicegat seorang dia minta tolong untuk membantu keponakanya yang sedang hamil dia baru keluar dari tempat umum , bukan kotoran yang keluar melainkan darah dan cairan. Saya segera menuju ke rumahnya ia termasuk keluarga tidak mampu, suaminya bekerja sebagai serabutan Dua jam telah berlalu ia semakin kesakitan ia semakin mengejan lalu saya berdo'a agar Allah memudahkan. Tapi yang terjadi ia seperti kesurupan ia mengeram lalu bertanya kepada saya "siapa kamu, sedang apa disini pergilah aku muak pergi" matanya melotot merah. Saya meminta bantuan, Alhamdulillah ada ustadz yang mau membantu untuk mengeluarkan jin dari tubuhnya. Alhamdulillah jin dapat dikeluarkan dan dia melahirkan dengan lancar. penyebab terjadinya hal itu adalah ia jaran membersihkan diri.
Kamis, 03 Maret 2016
abad 21 tentang penyakit
tertentu.
Dan, antibiotik berspektrum luas, yang dapat membunuh banyak kuman secara
sekaligus, dapat membunuh mikroorganisme yang berguna dalam tubuh kita. Tetapi,
mungkin problem terbesarnya ialah pemakaian antibiotik yang terlalu banyak atau
terlalu sedikit.
Pemakaian
yang terlalu sedikit terjadi ketika pasien tidak menuntaskan perawatan
antibiotik sesuai resep, apakah karena ia sudah merasa membaik atau karena
perawatan itu berlarut-larut. Akibatnya, antibiotik itu mungkin tidak membasmi
semua bakteri yang menyerang, sehingga bakteri yang kebal dapat tetap hidup dan
berlipat ganda. Hal ini sering terjadi dalam kasus perawatan tuberkulosis.
Para dokter maupun para petani juga
melakukan kesalahan karena terlalu banyak menggunakan obat-obatan baru ini.
”Antibiotik sering kali diresepkan secara tidak perlu di Amerika Serikat, dan
antibiotik digunakan secara lebih sembarangan lagi di banyak negeri lain,”
jelas buku Man
and Microbes. ”Antibiotik dalam jumlah besar dicekokkan
ke ternak, bukan untuk menyembuhkan penyakit melainkan untuk membantu
pertumbuhan; inilah alasan utama meningkatnya kekebalan mikroba.” Akibatnya,
buku tadi memperingatkan, ”kita
dapat kehabisan antibiotik baru”.
Tetapi,
terlepas dari kerisauan mengenai kekebalan kuman terhadap antibiotik, 50 tahun
menjelang abad ke-21 adalah masa kemenangan medis. Para peneliti medis
tampaknya sanggup menemukan obat-obatan untuk memberantas hampir semua
penyakit. Dan, vaksin bahkan menawarkan prospek berupa pencegahan penyakit.
Kemenangan bagi Ilmu
Kedokteran
”Imunisasi adalah kisah sukses terbesar
sepanjang sejarah dalam bidang kesehatan masyarakat,” kata The World Health Report 1999. Jutaan
nyawa telah terselamatkan, berkat kampanye vaksinasi besar-besaran sedunia.
Program imunisasi global telah melenyapkan cacar—penyakit mematikan yang
merenggut lebih banyak jiwa daripada semua perang pada abad ke-20—dan kampanye
serupa hampir sepenuhnya memberantas polio. (Lihat kotak ”Kemenangan atas Cacar
dan Polio”.) Sekarang, banyak anak yang divaksinasi agar terlindung dari
penyakit mematikan yang umum.
Berbagai
penyakit lainnya telah dijinakkan oleh metode biasa. Penyakit yang ditularkan
melalui air seperti kolera jarang menyebabkan masalah apabila ada sanitasi yang
memadai dan persediaan air bersih. Di banyak negeri, meningkatnya kesempatan
untuk memperoleh perawatan dokter dan rumah sakit membuat kebanyakan penyakit
dapat dikenali dan diobati sebelum mengakibatkan kematian. Menu makanan dan
kondisi kehidupan yang lebih baik, disertai pemberlakuan hukum menyangkut penanganan
dan penyimpanan makanan yang patut, juga turut meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Segera
setelah para ilmuwan menemukan penyebab penyakit menular, lembaga kesehatan
dapat mengambil langkah praktis guna menghentikan penyebaran suatu epidemi.
Perhatikan sebuah contoh. Wabah penyakit bubo di San Francisco pada tahun 1907
membunuh sedikit orang karena kota itu segera melancarkan kampanye untuk
membasmi tikus yang kutu-kutunya menularkan penyakit itu. Sebaliknya, terhitung
sejak tahun 1896, penyakit yang sama telah merenggut nyawa sepuluh juta
orang di India dalam waktu 12 tahun karena terlambat mengidentifikasi penyebab
utamanya.
Kegagalan dalam Memerangi
Penyakit
Jelaslah,
penyakit belum dapat dikalahkan. Tetapi, beberapa kemenangan di bidang
kesehatan masyarakat hanya terjadi di negara-negara kaya di dunia. Penyakit
yang dapat disembuhkan masih membunuh jutaan orang, hanya karena kurangnya
dana. Di negara-negara berkembang banyak orang masih tidak memiliki sanitasi
yang memadai, pemeliharaan kesehatan, dan air bersih. Upaya untuk memenuhi
kebutuhan dasar ini menjadi lebih sulit karena banyaknya orang yang
berbondong-bondong pindah dari pedesaan ke kota metropolitan di negara-negara
berkembang. Karena faktor-faktor ini, orang miskin di dunia mengalami apa yang
disebut Organisasi Kesehatan Dunia sebagai ”pembagian beban penyakit yang tidak
merata”.
Sifat mementingkan diri yang picik
adalah penyebab utama ketidakseimbangan kesehatan ini. ”Beberapa pembunuh
menular yang paling jahat di dunia tampak berada jauh di ujung dunia,” kata
buku Man and Microbes. ”Beberapa
di antaranya hanya terdapat di kawasan tropis atau subtropis yang miskin.”
Karena negara-negara maju yang makmur serta perusahaan-perusahaan farmasi
mungkin tidak menerima keuntungan secara langsung, mereka enggan menyisihkan
dana untuk perawatan penyakit ini.
Perilaku
manusia yang tidak bertanggung jawab juga merupakan satu faktor penyebaran
penyakit. Contoh utama kenyataan pahit ini digambarkan secara mencolok dalam
kasus virus AIDS, yang menyebar dari satu orang ke orang lainnya melalui cairan
tubuh. Dalam beberapa tahun, pandemi ini telah menyebar dengan cepat ke
seantero bola bumi. (Lihat kotak ”AIDS—Bala pada Zaman Kita”.) ”Manusia sendiri
yang bertanggung jawab atas penyebarannya,” tegas epidemiolog Joe McCormick.
”Dan ini bukan soal moralitas, ini cuma fakta.”
Bagaimana manusia tanpa sadar
menyebarkan virus AIDS? Buku The
Coming Plaguemendaftarkan faktor berikut ini: Perubahan
sosial—khususnya praktek berganti-ganti pasangan seks—mengakibatkan mewabahnya
penyakit lewat hubungan seks, sehingga sangat memudahkan bagi virus itu untuk
menyerang seseorang dan bagi seorang pengidap untuk menulari banyak orang lainnya.
Meluasnya penggunaan alat suntik bekas yang tercemar untuk narkoba atau untuk
penyuntikan medis di negara-negara berkembang memiliki dampak yang serupa.
Industri darah sedunia yang bernilai miliaran dolar juga menyebabkan virus AIDS
berpindah dari seorang donor kepada ribuan penerima.
Sebagaimana
disebut di awal, penggunaan antibiotik yang terlalu banyak atau terlalu sedikit
turut menyebabkan munculnya mikroba-mikroba kebal. Masalah ini serius dan
memburuk. Bakteri stafilokokus, yang sering menyebabkan infeksi pada luka,
sebelumnya mudah dilenyapkan dengan jenis-jenis penisilin. Tetapi, sekarang
antibiotik tradisional ini sering tidak mujarab. Jadi, para dokter harus
menggunakan antibiotik yang lebih baru dan mahal yang jarang terjangkau oleh
rumah sakit di negara berkembang. Bahkan antibiotik terbaru mungkin terbukti
tidak dapat memberantas beberapa mikroba, sehingga infeksi yang ditularkan di
rumah sakit menjadi semakin umum dan semakin mematikan. Dokter Richard
Krause, mantan direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS,
dengan terus terang menggambarkan situasi saat ini sebagai ”epidemi kekebalan
mikroba”.
”Apakah Keadaan Kita
Sekarang Lebih Baik?”
Sudah
menjadi jelas bahwa sekarang, pada awal abad ke-21 ini, ancaman penyakit belum
hilang. Penyebaran AIDS yang tak kunjung reda, pemunculan bibit penyakit yang
kebal obat, dan pemunculan kembali pembunuh kuno seperti tuberkulosis dan
malaria memperlihatkan bahwa penyakit belum terkalahkan.
”Apakah
keadaan kita sekarang lebih baik dibanding seabad yang lalu?” tanya pemenang
Hadiah Nobel Joshua Lederberg. ”Dalam kebanyakan hal, situasi kita lebih
buruk,” katanya. ”Kita telah meremehkan mikroba, dan kita sedang menuai
akibatnya.” Dapatkah berbagai kemunduran sekarang ini ditanggulangi dengan
upaya gigih oleh ilmu kedokteran dan semua bangsa di dunia? Apakah penyakit
menular utama akhirnya bisa diberantas, seperti halnya cacar? Artikel kami yang
terakhir akan menjawabnya.
[Kotak/Gambar di hlm. 8]
Kemenangan atas Cacar dan Polio
Pada
akhir bulan Oktober 1977, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melacak kasus cacar
terakhir yang menyebar secara alami. Ali Maow Maalin, juru masak rumah sakit
yang tinggal di Somalia, terserang penyakit ini tetapi tidak parah dan ia sehat
kembali dalam waktu beberapa minggu. Semua orang yang berinteraksi dengannya
divaksinasi.
Selama dua tahun yang panjang, para
dokter menunggu dengan cemas. Hadiah sebesar 1.000 dolar AS ditawarkan
kepada siapa saja yang dapat melaporkan bukti ”kasus cacar aktif” lainnya.
Tidak seorang pun yang berhasil memperoleh hadiah itu, dan pada tanggal 8 Mei
1980, WHO secara resmi mengumumkan bahwa ”Dunia dan semua penduduknya telah
bebas dari cacar”. Persis sepuluh tahun sebelumnya, cacar telah membunuh
sekitar dua juta orang setahun. Untuk pertama kalinya dalam sejarah,
sebuah penyakit menular utama telah dilenyapkan.*
Polio,
atau poliomielitis, suatu penyakit anak-anak yang melumpuhkan, tampaknya dapat
juga diberantas. Pada tahun 1955, Jonas Salk menghasilkan vaksin yang mujarab
untuk polio, dan kampanye imunisasi melawan polio dimulai di Amerika Serikat
dan negeri-negeri lain. Belakangan, vaksin lewat mulut dikembangkan. Pada tahun
1988, WHO melancarkan program sedunia untuk melenyapkan polio.
”Ketika
kami memulai upaya pemberantasan itu pada tahun 1988, polio melumpuhkan lebih
dari 1000 anak setiap hari,” lapor dr. Gro Harlem Brundtland, direktur
jenderal WHO kala itu. ”Pada tahun 2001, kasusnya jauh di bawah angka 1000
sepanjang tahun itu.” Sekarang, polio hanya ada di kurang dari sepuluh negeri,
meski dibutuhkan lebih banyak dana guna membantu negeri-negeri ini untuk
melenyapkan penyakit itu secara tuntas.
[Catatan Kaki]
Cacar adalah
contoh ideal penyakit yang diberantas melalui kampanye vaksinasi internasional
karena, tidak seperti penyakit yang disebarkan oleh binatang menjengkelkan yang
membawa penyakit, seperti tikus dan serangga, virus cacar bergantung pada
manusia sebagai inang untuk kelangsungan hidupnya.
[Gambar]
Seorang
anak Etiopia menerima vaksin polio lewat mulut
[Keterangan]
© WHO/P.
Virot
[Kotak/Gambar di hlm. 10]
AIDS—Bala pada Zaman Kita
AIDS
telah menjadi ancaman global yang baru. Kira-kira 20 tahun setelah
diidentifikasi, lebih dari 60 juta orang telah tertular. Dan,
lembaga-lembaga kesehatan memperingatkan bahwa pandemi AIDS masih dalam ”tahap
awal”. Tingkat penularannya ”jauh melampaui tingkat yang sebelumnya dianggap
mustahil”, dan dampaknya sungguh menghancurkan di wilayah yang sebagian besar
penduduknya tertular AIDS.
”Di
seluruh dunia, mayoritas besar orang yang menderita HIV/AIDS adalah mereka yang
berada dalam usia produktif,” jelas sebuah laporan dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Akibatnya, diperkirakan bahwa beberapa negeri di Afrika sebelah
selatan akan kehilangan antara 10 dan 20 persen angkatan kerja mereka
pada tahun 2005. Laporan itu juga mengatakan, ”Rata-rata harapan hidup di
Afrika bagian selatan Sahara sekarang ini adalah 47 tahun. Tanpa AIDS,
angka itu seharusnya adalah 62 tahun.”
Sejauh
ini, upaya untuk menemukan vaksin belum membuahkan hasil, dan hanya
4 persen dari enam juta penderita AIDS di negara-negara berkembang
yang menerima terapi obat. Sekarang ini, tidak ada obat untuk AIDS, dan para
dokter yakin bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi virus HIV akhirnya akan
benar-benar mengidap penyakit itu.
[Gambar]
Sel-sel
limfosit T yang terinfeksi virus HIV
[Keterangan]
Godo-Foto
[Gambar di hlm. 7]
Seorang
pekerja di laboratorium meneliti sejenis virus yang sulit diberantas
[Keterangan]
CDC/Anthony
Sanchez
KUMAN, atau mikroorganisme, sangat penting untuk kehidupan. Kuman
membentuk sebagian besar tanah bumi dan tubuh kita. Sebagaimana yang
dinyatakan di kotak ”Jenis Kuman” pada halaman 7, ”ada triliunan bakteri yang
mendiami tubuh kita”. Sebagian besar kuman itu bermanfaat—bahkan vital—untuk
kesehatan. Kendati hanya relatif sedikit kuman yang menyebabkan penyakit,
kita dapat yakin bahwa, pada waktunya, tidak ada kuman yang akan membahayakan
siapa pun.
Sebelum
kita mengulas sarana yang akan melenyapkan semua pengaruh yang membahayakan
dari kuman, mari kita perhatikan upaya-upaya terkini untuk memerangi kuman penyebab
penyakit. Selain memeriksa kotak sisipan ”Apa yang Dapat Anda Lakukan”,
perhatikan upaya para pakar kesehatan untuk memerangi kuman-kuman kebal.
Strategi Global
Dokter Gro
Harlem Brundtland, mantan direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
menguraikan upaya yang sedang dibuat. Dalam Report on Infectious
Diseases 2000 di bawah judul ”Menanggulangi Kekebalan terhadap
Antimikroba”, ia menunjukkan perlunya mengembangkan ”suatu strategi global
untuk mengendalikan kekebalan” kuman. Ia juga membahas tentang pembentukan
”aliansi yang melibatkan semua penyedia jasa kesehatan”, dan menandaskan,
”Kita punya kesempatan untuk melancarkan upaya besar-besaran melawan penyakit
menular.”
Pada tahun
2001, WHO mengusulkan ”Strategi Global untuk Pengendalian Kekebalan terhadap
Antimikroba”. Dokumen ini menyajikan suatu rencana yang ditujukan kepada para
penyedia jasa kesehatan dan masyarakat luas sehubungan dengan ”apa yang
hendak dilakukan dan bagaimana melakukannya”. Strategi itu mencakup
mendidik masyarakat tentang bagaimana menghindari penyakit, termasuk
menyediakan instruksi kepada mereka tentang cara menggunakan antibiotik dan
antimikroba lainnya apabila mereka sampai terinfeksi.
Selain
itu, para pekerja kesehatan—dokter dan perawat serta orang-orang lain yang
bekerja di rumah sakit dan panti werda—didesak untuk mengambil tindakan
pencegahan guna menghindari penyebaran infeksi. Sayangnya, penelitian telah
mengungkapkan bahwa banyak pakar kesehatan masih lalai mencuci tangan mereka
atau mengganti sarung tangan sewaktu berganti pasien.
Survei
juga telah memperlihatkan bahwa para dokter meresepkan antibiotik yang
seharusnya tidak diperlukan. Salah satu alasannya ialah orang-orang mendesak
dokter mereka untuk memberikan antibiotik agar cepat sembuh. Maka, dokter menurut
saja, sekadar untuk menyenangkan pasien. Sering kali, dokter tidak meluangkan
waktu untuk mendidik pasien mereka atau tidak mempunyai sarana untuk
mengidentifikasi kuman yang menginfeksi. Selain itu, mereka mungkin
meresepkan antibiotik berspektrum luas yang lebih baru, tetapi lebih mahal.
Dan, hal ini juga turut menyebabkan problem kebal obat.
Bidang
lain yang disoroti dalam Strategi Global WHO adalah rumah sakit, sistem
kesehatan nasional, produsen makanan, perusahaan farmasi, dan badan
legislatif. Laporan itu menganjurkan kerja sama di antara mereka semua guna
memerangi ancaman global berupa kuman-kuman kebal obat. Tetapi, apakah
program demikian akan berhasil?
Kendala Terhadap Keberhasilan
Strategi
Global WHO menyinggung kendala utama untuk memecahkan problem kesehatan.
Kendalanya ialah motif keuntungan—uang. Alkitab mengatakan bahwa cinta akan
uang bertanggung jawab terhadap ”segala macam perkara yang mencelakakan”. WHO
mendesak, ”Interaksi dengan industri farmasi harus diperhatikan juga, termasuk
kontrol yang sepatutnya terhadap akses wakil penjualan kepada pegawai klinik
dan memonitor program pendidikan untuk para penyedia jasa kesehatan yang
disponsori industri farmasi.”
Perusahaan
obat telah secara agresif menyajikan produk mereka kepada para dokter.
Sekarang, mereka melakukannya langsung kepada publik melalui iklan TV.
Tampaknya, hal ini turut menyebabkan penggunaan obat secara berlebihan, yang
selanjutnya menjadi faktor utama maraknya kuman yang kebal obat.
Dalam bab
tentang penggunaan antimikroba pada hewan potong, Strategi Global WHO
menyatakan, ”Para dokter hewan di beberapa negeri meraup sampai 40% atau
lebih dari pendapatan mereka melalui penjualan obat, maka ada hambatan untuk
membatasi penggunaan antimikroba.” Sebagaimana yang terdokumentasikan,
kuman-kuman kebal telah muncul dan tumbuh subur karena penggunaan antibiotik
yang berlebihan.
Sebenarnya,
produksi antibiotik memperangahkan. Di Amerika Serikat saja, kira-kira 20
juta kilogram antibiotik diproduksi setiap tahun! Dari total produksi dunia,
hanya sekitar setengahnya yang digunakan manusia. Sisanya disemprotkan pada
tanaman atau dijadikan pakan hewan. Antibiotik biasanya dicampur dengan pakan
untuk hewan potong guna mempercepat pertumbuhan mereka.
Peranan Pemerintah
Sungguh
menarik, Ringkasan Eksekutif Strategi Global WHO menyatakan, ”Sebagian besar
tanggung jawab untuk mengimplementasi strategi ini akan diemban oleh
tiap-tiap negeri. Pemerintah memiliki peranan penting untuk dijalankan.”
Sesungguhnya,
sejumlah pemerintah telah mengembangkan program-program untuk mengendalikan
kekebalan terhadap antimikroba, dengan menandaskan kolaborasi di dalam dan di
luar batas-batas nasional mereka. Program itu mencakup pemantauan yang lebih
baik atas penggunaan antimikroba dan mikroba kebal, pengendalian infeksi yang
lebih baik, penggunaan antimikroba secara tepat dalam obat-obatan dan
pertanian, penelitian untuk memahami kekebalan, dan pengembangan obat-obatan
baru. Report on Infectious Diseases 2000 dari WHO tidak
bernada optimis. Mengapa?
Laporan
itu menyebutkan ”kurangnya kemauan politis di pihak pemerintah yang
prioritasnya mungkin bukan pada kesehatan masyarakat”. Laporan itu
menambahkan, ”Penyakit—demikian pula kekebalan—juga tumbuh subur dalam kondisi
pergolakan sipil, kemiskinan, migrasi massal, dan degradasi lingkungan tempat
sejumlah besar orang terancam penyakit menular.” Sayang sekali, semua ini
adalah problem yang tidak pernah sanggup dituntaskan oleh pemerintahan
manusia.
Akan
tetapi, Alkitab memberi tahu tentang sebuah pemerintahan yang tidak hanya
akan menuntaskan problem penyebab penyakit tetapi juga melenyapkan penyakit
secara keseluruhan. Anda mungkin berpikir bahwa beberapa kuman akan selalu
membahayakan, tetapi ada alasan bagus untuk percaya bahwa keadaannya akan
jauh lebih baik di masa depan.
|
|
|||
Appeared in Awake! October 22, 2003 |
Ebola: CDC/C. Goldsmith; staphylococcus:
CDC/Janice Carr; protozoan: Courtesy Dr. Arturo Gonzáles Robles, CINVESTAV,
I.P.N. México; ringworm fungus: © Bristol Biomedical Image Archive, University
of Bristol
KUMAN-KUMAN
YANG TANGGUH
|
|||||
Apa Antimikroba Itu?
Antibiotik yang
diberikan dokter kepada Anda termasuk kelas obat-obatan yang disebut
antimikroba. Obat ini diklasifikasikan di bawah kategori umum ”kemoterapi”,
yang berarti pengobatan penyakit dengan bahan kimia. Meskipun istilah
”kemoterapi” sering digunakan sehubungan dengan pengobatan kanker, istilah
ini semula berlaku—dan masih berlaku—untuk pengobatan penyakit menular. Dalam
kasus demikian, pengobatan itu disebut kemoterapi antimikroba.
Mikroba, atau
mikroorganisme, adalah organisme sangat kecil yang hanya bisa dilihat melalui
mikroskop. Antimikroba adalah bahan kimia yang melawan mikroba penyebab
penyakit. Sayangnya, antimikroba juga dapat melawan mikroba yang bermanfaat.
Pada tahun 1941,
Selman Waksman, rekan penemu streptomisin, menerapkan istilah ”antibiotik”
pada antibakteri yang berasal dari mikroorganisme. Antibiotik dan juga
antimikroba lain yang digunakan dalam pengobatan medis sangat bermanfaat
karena obat itu mengandung apa yang disebut sebagai racun selektif. Ini
berarti obat tersebut dapat meracuni kuman-kuman tanpa meracuni Anda secara
serius.
Akan tetapi,
sesungguhnya semua antibiotik sedikit banyak meracuni kita juga. Batas
keamanan antara dosis yang akan mengimbas kuman dan dosis yang akan
membahayakan kita disebut indeks terapeutik. Semakin besar indeksnya, semakin
aman obatnya; semakin kecil indeksnya, semakin besar bahayanya. Sebenarnya,
ribuan senyawa antibiotik telah ditemukan, tetapi sebagian besar tidak
berguna dalam kedokteran karena terlalu beracun bagi manusia atau hewan.
Antibiotik alami
pertama yang dapat digunakan secara internal adalah penisilin, yang berasal
dari semacam jamur yang disebut Penicillium notatum. Penisilin digunakan
dengan cara infus untuk pertama kali pada tahun 1941. Tidak lama setelah itu,
pada tahun 1943, streptomisin diisolasikan dari Streptomyces griseus, semacam
bakteri tanah. Belakangan, banyak antibiotik tambahan yang dikembangkan, baik
yang berasal dari makhluk hidup maupun yang dibuat secara sintetis. Namun,
bakteri telah mengembangkan cara-cara untuk melawan banyak antibiotik ini,
menyebabkan suatu problem medis global.
|
|||||
Kekebalan terhadap
Multiobat
Seolah-olah semua ini belum cukup, penelitian pada tahun 1990-an memperlihatkan bahwa beberapa bakteri dengan sendirinya dapat menjadi kebal terhadap obat. Bahkan dengan kehadiran satu antibiotik saja, beberapa jenis bakteri mengembangkan kekebalan terhadap beragam antibiotik, yang alami maupun yang sintetis.
Masa Depan Suram
Bakteri bukanlah satu-satunya kuman yang menjadi kebal terhadap obat yang digunakan dalam kedokteran. Virus serta fungi dan parasit yang sangat kecil lainnya juga telah memperlihatkan kemampuan beradaptasi yang mengherankan, menyajikan jenis-jenis yang mengancam untuk membatalkan segala upaya yang dikerahkan untuk menemukan dan menghasilkan obat-obat yang memerangi mereka. Jadi, apa yang dapat dilakukan? Dapatkah kekebalan itu dilenyapkan atau setidak-tidaknya dikendalikan? Bagaimana antibiotik dan antimikroba lainnya dapat terus menang dalam suatu dunia yang semakin dilanda penyakit menular? Berikutnya: Ketika Kuman Tidak Membahayakan Siapa Pun |
|||||
* "Antibiotik,"
sebuah kata yang umum, adalah obat yang memerangi bakteri. ”Antimikroba”
adalah istilah yang lebih umum dan mencakup obat apa pun yang melawan mikroba
penyebab penyakit, entah itu virus, bakteri, fungi, entah parasit yang sangat
kecil.
# Insektisida adalah
racun, tetapi obat pun demikian. Kedua-duanya terbukti berguna dan sekaligus
berbahaya. Meskipun obat antibiotik dapat membunuh kuman yang berbahaya, obat
itu juga membunuh bakteri yang bermanfaat.
|
Langganan:
Postingan (Atom)